Rabu, 01 Desember 2010

Jibril dan Ar-Ruhul Amin

 Pandangan di atas menamakan jiwa suci Nabi, yang senantiasa mengusahakan perbaikan dan pembaruan masyarakat, "ar-Ruhul Amin," dan menamakan ilham-ilham jiwa yang suci itu "wahyu".
Tetapi Al-Quran tidak mendukung pandangan ini. Sebaliknya Al­Quran menegaskan bahwa pembawa wahyu itu adalah Jibril. Dengan demikian, pandangan di atas mesti ditolak. Allah ber­firman :

"Katakanlah: 'Barangsiapa menjadi musuh Jibril, maka sesungguhnya ia telah menurunkan Al-Quran ke dalam hatimu dengan seizin Allah. "' (QS 2:97)

Ayat ini diturunkan berkenaan dengan orang-orang Yahudi yang bertanya kepada Nabi Muhammad s.a.w. tentang malaikat yang datang membawa wahyu kepadanya. Nabi menjawab bahwa yang membawa wahyu kepadanya adalah Jibril. Maka mereka ber­komentar: "Itu adalah salah satu malaikat yang menjadi musuh kami. Jika yang membawa wahyu kepadamu itu Mikail, tentu kami mengikutimu."2) Dalam ayat ini Allah membantah orang­orang Yahudi, dan menegaskan bahwa Jibril turun membawa wahyu atas perkenan-Nya. Dengan demikian jelas bahwa Al-Quran adalah firman Allah, bukan perkataan Jibril. Jelaslah bahwa orang­orang Yahudi itu memusuhi malaikat pembawa wahyu dari langit. Malaikat itu bukan Musa bin Imran atau Muhammad bin Abdullah. uga bukan jiwa keduanya yang suci.
Dalam ayat lain, AI-Quran sendiri - yang dalam ayat di atas menjelaskan bahwa yang membawa wahyu itu adalah Jibril - men­jelaskan bahwa Jibril adalah ar-Ruhul Amin. Ia berkata:

"Ar-Ruhul Amin datang membawa Al-Quran ke hatimu. " (QS 26:193-194)

Dalam ayat yang lain, dalam rangka mengenalkan malaikat pembawa wahyu, Allah berfirman:

"Sesungguhnya Al-Quran itu benar-benar firman Allah yang dibawa oleh seorang utusan yang mulia. Utusan itu memiliki ke­kuatan dan keduduhan yang tinggi di sisi Allah. Di sana (alam malaikat) ia ditaati dan dipercaya. Sahabatmu (Muhammad) sama sekali bukan orang gila. Dia telah melihat Jibril di ufuk yang terang. " (QS 81:19-23)

Ayat-ayat ini dengan jelas menunjukkan bahwa Jibril adalah seorang malaikat yang sangat dekat dengan Allah, mempunyai kekuatan yang besar, kedudukan yang tinggi dan ditaati serta dipercaya. Dalam ayat lain, Allah menyifati malaikat-malaikat yang dekat dengan-Nya dengan firman-Nya:

"Mereka yang menyangga 'Arsy dan bertasbih di sekitarnya dengan memuji Tuhan mereka. Mereka beriman kepada-Nya dan memohonkan ampunan bagi orang-orang yang beriman. " (QS 40: 7)
 Ayat ini menunjukkan bahwa malaikat adalah makhluk yang memiliki kehendak, kecerdasan dan kemerdekaan, karena sifat­sifat yang disebutkan dalam ayat tersebut - seperti beriman kepada Allah, bertasbih dan memohonkan ampunan bagi orang­orang beriman - hanya terdapat pada makhluk yang memiliki kemerdekaan, kecerdasan dan kehendak. Tentang para malaikat yang dekat dengan-Nya, Allah juga berfirman:

"Isa al-Masih dan para malaikat yang dekat dengan (Allah) sama sekali tidak enggan menjadi hamba Allah. Barangsiapa enggan menyembah-Nya dan menyombongkan diri, maka Allah akan mengumpulkan mereka semua di hadapan-Nya. .... Adapun orang­orang yang enggan dan sombong, maka Allah akan menyiksa mereka dengan siksaan yang pedih, dan mereka tidak akan memperoleh pelindung dan penolong selain Allah." (QS 4:172-173)

Sesungguhnya Isa al-Masih dan malaikat yang dekat dengan Allah tidak mendurhakai-Nya dalam sekejap mata pun. Tetapi meskipun demikian, Allah mengancam mereka dengan siksaan yang menyakitkan jika mereka berbuat durhaka kepada-Nya.
Ancaman dengan siksaan di Hari Kiamat, karena meninggalkan suatu kewajiban, tidak dapat dibenarkan kecuali bila yang diancam memiliki kemerdekaan dan kehendak. Dari ayat-ayat tersebut jelaslah bahwa ar-Ruhul Amin, yang juga disebut Jibril dan yang datang membawa wahyu Allah, mempunyai kemerdekaan, kehendak dan kecerdasan. Bahkan dari celah-celah ayat surat at­Takwir, "di sana ditaati dan dipercayai", dapat dipahami bahwa Jibril memberikan perintah dan larangan di alam malaikat, serta ditaati oleh para malaikat yang dekat dengan Allah. Bahkan kadang-kadang wahyu dibawa oleh malaikat yang mematuhi perintah Jibril, seperti diisyaratkan oleh beberapa ayat surat 'Abasa berikut:

"Sekali-kali tidaklah demikian. Sesungguhnya ajaran-ajaran Tuhan itu adalah suatu peringatan. Barangsiapa menghendaki, tentu ia memperhatikannya. Ajaran itu ada di dalam kitab-kitab yang dimuliakan, ditinggikan dan disucikan, dan di tangan para utusan yang mulia serta berbakti. " (QS 80:11-16)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar